RSS

MQTT Client Memakai ESP8266


Banyak library MQTT client untuk arduino termasuk ESP8266. Namun saya pilih library “home-assitant-integration“. Pada library ini sudah diterapkan auto discovery pada Home Assistant sehingga mudah dipakai oleh pemula. Namun kita bisa juga membuat “topic” yang baru (tidak auto discovery) dan untuk pemakaiannya kita harus mengedit file configuration.yaml pada Home Assistant. Di kesempatan lain akan kita bahas tentang hal ini.

Pada kali ini kita akan membuat pengaturan LED internal ESP8266 dan dua sensor integer dengan nilai tetap karena tidak ada sensor yang dihubungkan ke ESP8266. Jadi ini hanya sebagai contoh agar device kita tertampil pada Home Assistant.

#include <ESP8266WiFi.h>
#include <ArduinoHA.h>

#define LED_PIN         2
#define BROKER_ADDR     IPAddress(192,168,11,90) //IP address dari MQTT broker
#define WIFI_SSID       "..." //isi dengan SSID WIFI yang kita gunakan
#define WIFI_PASSWORD   "..." //isi dengan PASSWORD WIFI yang kita gunakan
#define BROKER_USERNAME     "..." // isi dengan username dari MQTT broker
#define BROKER_PASSWORD     "..." // isi dengan password dari MQTT broker

WiFiClient client;
HADevice device;
HAMqtt mqtt(client, device);

// "led" is unique ID of the switch. You should define your own ID.
HASwitch led("led");
HASensorNumber tempSensor("temperature1");
HASensorNumber humiSensor("humiditiy1");

unsigned long lastUpdateAt = 0;

void onSwitchCommand(bool state, HASwitch* sender)
{
    digitalWrite(LED_PIN, (state ? HIGH : LOW));
    sender->setState(state); // report state back to the Home Assistant
}

void setup() {
    Serial.begin(9600);
    Serial.println("Starting...");

    // Unique ID must be set!
    byte mac[WL_MAC_ADDR_LENGTH];
    WiFi.macAddress(mac);
    device.setUniqueId(mac, sizeof(mac));

    pinMode(LED_PIN, OUTPUT);
    digitalWrite(LED_PIN, LOW);

    // connect to wifi
    WiFi.begin(WIFI_SSID, WIFI_PASSWORD);
    while (WiFi.status() != WL_CONNECTED) {
        Serial.print(".");
        delay(500); // waiting for the connection
    }
    Serial.println();
    Serial.println("Connected to the network");

    // set device's details (optional)
    device.setName("NodeMCU");
    device.setSoftwareVersion("1.0.0");

    // handle switch state
    led.onCommand(onSwitchCommand);
    led.setName("My LED"); // optional

    tempSensor.setIcon("mdi:home");
    tempSensor.setName("Temperature");
    tempSensor.setUnitOfMeasurement("C");

    humiSensor.setIcon("mdi:home");
    humiSensor.setName("Humidity");
    humiSensor.setUnitOfMeasurement("%");

    //mqtt.begin(BROKER_ADDR);
    mqtt.begin(BROKER_ADDR, BROKER_USERNAME, BROKER_PASSWORD);
}

void loop() {
  unsigned int temp = 25; // temp adalah nilai dari sensor suhu misalnya DHT22
  unsigned int hum = 70;  //hum adalah nilai dari sensor kelembaban udara misalnya DHT22
   
    mqtt.loop();

    if ((millis() - lastUpdateAt) > 2000) { // update in 2s interval              
        tempSensor.setValue(temp);
        humiSensor.setValue(hum);
        lastUpdateAt = millis();
    }
}

Setelah kita upload ke ESP8266, maka pada Home Assitant akan tertampil 1 device dengan 3 entities.

Klik pada 3 entities tersebut. Klik satu persatu dan kita atur Settings-nya. Klik Avanced settings Pada Change Area kita isi area yang kita inginkan, contohnya: ESP8266. Lalu klik UPDATE. Kita lakukan semuanya pada ketiga entities tersebut. Maka ketiganya akan tertampil di Overview menu.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 14 Maret 2023 inci IOT

 

Home Assistant Dengan MQTT


MQTT adalah protokol yang biasa digunakan pada IoT (Internet of Things). MQTT broker, dalam hal ini adalah mosquitto akan diintegrasikan ke Home Assistant. Sistem operasi yang digunakan adalah Linux Armbian (saya juga sudah coba di Linux Ubuntu), dalam hal ini Linux Armbian diinstal pada ardroid box dengan processor ARM dari Amlogic S905D. Pada linux Armbian, docker bisa diinstall dari “armbian-config”. Docker digunakan karena semuanya akan diinstal sebagai container. Yang diperlukan adalah portainer sebagai manajemen container, home assitant, dan mosquitto.

Instalasi Portainer

Buat folder yang bernama portainer, misalnya pada /var/lib/volumes/portainer. Pada folder tersebut buat file yang bernama docker-compose.yml Pada file tersebut tidak boleh ada TAB, tapi harus pakai SPASI. Isi file tersebut adalah:

version: ‘3’

services:
portainer:
image: portainer/portainer-ce:latest
container_name: portainer
restart: unless-stopped
security_opt:
– no-new-privileges:true
volumes:
– /etc/localtime:/etc/localtime:ro
– /var/run/docker.sock:/var/run/docker.sock:ro
– ./portainer-data:/data
ports:
– 9000:9000

Pada terminal ketik perintah: cd /var/lib/volumes/portainer

Lalu ketik perintah: sudo docker compose up -d

Portainer bisa diakses dengan browser dengan mengetik IP Addess:9000. Misalnya IP Addess nya adalah 192.168.1.2 maka ketik pada browser alamat: 192.168.1.2:9000

Instalasi Home Assistant

Buat folder yang bernama home-assistant, misalnya /var/lib/volumes/home-assistant. Pada folder tersebut buat file yang bernama docker-compose.yml Isi file tersebut adalah:

version: ‘3’

services:

homeassistant:

container_name: homeassistant

image: “ghcr.io/home-assistant/home-assistant:stable”

volumes:

-./config:/config

– /etc/localtime:/etc/localtime:ro

restart: unless-stopped

privileged: true

network_mode: host

Pada terminal ketik perintah: cd /var/lib/volumes/home-assistant

Lalu ketik perintah: sudo docker compose up -d

Home Assistant bisa diakses dengan browser dengan mengetik IP Addess:8123. Misalnya IP Addess nya adalah 192.168.1.2 maka ketik pada browser alamat: 192.168.1.2:8123

Instalasi Mosquitto

Buat folder yang bernama mosquitto, misalnya /var/lib/volumes/mosquitto. Pada folder tersebut buat file yang bernama docker-compose.yml Isi file tersebut adalah:

version: ‘3’

services:
mosquitto:
image: eclipse-mosquitto
container_name: mosquitto
volumes:
– ./:/mosquitto
./data:/mosquitto/data
– ./log:/mosquitto/log
– ./config:/mosquitto/config
ports:
– 1883:1883
9001:9001

Pada terminal ketik perintah: cd /var/lib/volumes/mosquitto

Buat folder config: mkdir config

Ketik perintah: cd config

Buat file yang bernama: mosquitto.conf yang isinya:

persistence true
persistence_location /mosquitto/data/
log_dest file /mosquitto/log/mosquitto.log
listener 1883

allow_anonymous true

Ketik perintah: cd /var/lib/volumes/mosquitto

Lalu ketik perintah: sudo docker compose up -d

Pada portainer klik mosuitto conatiner dan klik console.




Lalu pada command pilih: /bin/sh dan klik Connect.

Pada command prompt ketik perintah: mosquitto_passwd -c /mosquitto/config/password.txt user

User di sini adalah username, jika usernamenya adalah anistardi maka ketik: mosquitto_passwd -c /mosquitto/config/password.txt anistardi

Lalu akan ditanyakan passwordnya dan isi sesuai yang diinginkan.

Pada folder /var/lib/volumes/mosquitto/config akan terbuat file password.txt. Lalu edit file mosquitto.conf di folder tersebut menjadi:

persistence true
persistence_location /mosquitto/data/
log_dest file /mosquitto/log/mosquitto.log
listener 1883

allow_anonymous false
password_file /mosquitto/config/password.txt

Pada Portainer musquitto conatiner di Restart.

Integrasi Mosquitto Dengan Home Assistant

Pada Home Assistant klik Settings dan klik Devices & Services

Lalu klik Add Integration, pilih MQTT.

Pada Broker diisi dengan IP Address dimana mosquitto diinstall. Port tetap 1883 dan isi username dan password dengan yang sudah dibuat sebelumnya. Advance Option dihidupkan sehingga bisa kita atur beberapa pilihan jika diperlukan.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 14 Maret 2023 inci IOT

 

Tag:

Pelatuk VMOS OITPC Amplifier


Seorang anggota forum diyaudio.com yang bernama Dadod, membuat jenis kompensasi baru pada amplifier yang dia namakan OITPC (Output Inclusive Two Pole Compensation). Pada dasarnya OITPC adalah gabungan dari TPC (Two Pole Compensation) dan Output Inclusive (yang ditemukan oleh profesor Cherry). Kemudian saya tertarik menerapkannya pada topologi VAS Hitachi dengan output vertical mosfet (VMOS). Simulasinya bisa dilihat di sini.

C1, C6, R27, dan R28 adalah kompensasi TPC. Sedangkan C27 adalah kompensasi output inclusive. C8 dan R29 ditambahkan agar loop gain flat/rata sampai mendekati 20kHz. Tujuannya agar cacat frekuensi tinggi menjadi berkurang. Pada simulasi didapatkan hasil yang cukup memuaskan, mengingat rancangan ini dibuat sesederhana mungkin dengan transistor yang mudah dicari.

Layout pcbnya punya saya berikan di sini. Oleh anggota forum diyaudio.com yang lain, yaitu Thimios, amplifier ini dicoba dan diukur. Hasilnya seperti ini: pengukuran pertama, pengukuran kedua, dan pengukuran ketiga. Terlihat pada pengukuran ketiga bahwa cacat harmonik kedua dominan pada seluruh frekuensi audio dan harmonic profile -nya mirip amplifier kelas A, padahal arus bias pada amplifier tersebut cukup kecil, yaitu 20mA. Idealnya arus biasnya adalah 150mA.

Beberapa orang Indonesia pun sudah mencoba amplifier ini dengan hasil yang memuaskan. Selamat mencoba.

 

 
9 Komentar

Ditulis oleh pada 4 November 2019 inci Uncategorized

 

DC Servo


Pada amplifier yang memakai power supply simetris, maka outputnya dihubungkan langsung ke speaker. Ini ada resikonya karena kalau tegangan DC (DC Offset) pada output amplifier terlalu besar karena suatu hal maka akan berbahaya bagi speaker. Solusinya adalah dengan speaker protector, yaitu pengaman speaker yang mampu memutuskan hubungan amplifier dengan speaker, jika DC Offset terlalu besar.

DC Offset walaupun kecil namun kadang-kadang berubah jika suhu berubah, atau karena tegangan power supply berubah. Untuk meminimalkan perubahan ini, bisa baca artikel ini. Pada kesempatan ini akan saya perdalam pembahasan tentang DC Servo.

DC Servo, selain bertujuan agar DC Offset selalu kecil, walaupun ada perubahan suhu dan perubahan tegangan power supply, namun juga bisa menghilangkan pemakaian kapasitor di jalur umpan balik maupun di input. Pada artikel ini dibahas pengaruh kapasitor terhadap cacat. Namun saran saya untuk amplifier, kapasitor input sebaiknya tetap dipasang agar memperingan kerja DC Servo. Umumnya DC Servo mampu mempertahankan DC Offset mendekati nol jika input amplifier diberi tegangan DC sampai beberapa ratus mili volt.

Rangkaian DC servo memakai integrator. Fungsi integrator ini adalah menguatkan tegangan DC setinggi-tingginya dan membuang sinyal AC.

integrator

Frekuensi responnya sebagai berikut:

Frequency-Response-of-Integrator

R2 adalah resistansi paralel dari C (sangat besar) dan R1 = Rin.

Umumnya nilai Rin = 1M dan nilai C = 1uF, sehingga gain pada frekuensi 1Hz = 1x (0 dB).

Op-amp yang digunakan untuk integrator sebaiknya yang memakai JFET pada inputnya, sehingga bisa memakai nilai Rin yang sangat besar dan nilai C yang cukup kecil. Namun op-amp dengan input BJT tetap bisa digunakan dengan memakai Rin sekitar 18K dan C tipe bipolar/nonpolar dengan nilai sangat besar (beberapa puluh uF). Pabrikan Jepang kadang-kadang memakai konfigurasi ini, karena yang dibutuhkan hanya menghilangkan kapasitor di jalur umpan balik dan tidak perlu DC Offset yang sangat kecil (maksimal beberapa mili volt).

Dua tipe DC servo yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

Servo1

Servo2

Pada gambar pertama, digunakan servo non-inverting (phase input dan output sama). Kerugiannya adalah perlu 2 kapasitor dan keuntungannya memakai single op-amp. Sedangkan gambar kedua digunakan servo inverting (phase input berbeda 180 derajat dengan phase output). Keuntungannya adalah memakai 1 kapasitor, dan kerugiannya adalah memakai dual op-amp. Satu op-amp untuk integrator dan op-amp lainnya sebagai pembalik phase.

Variasi rangkaian bias servo sangat banyak, dan tidak selalu pada jalur umpan balik seperti di atas, bisa juga di inputnya atau pada bagian setelah VAS. Masing-masing ada keuntungan dan kerugiannya.

Karena umumnya DC Servo dipakai pada jalur sinyal (di input ataupun di umpan balik), maka ada kemungkinan penambahan noise atau sinyal yang tidak diinginkan pada jalur sinyal tersebut. Untuk itu gunakan op-amp yang baik, gunakan kapasitor MKP dan gunakan power supply yang baik untuk op-amp tersebut. Gunakan nilai R4 (beban op-amp) sebesar mungkin agar op-amp selalu bekerja pada kelas A. Namun nilai R4 yang terlalu besar akan mengurangi jangkauan koreksi dari DC Servo itu sendiri. Solusi lain adalah memakai op-amp dengan kapasitas arus output yang besar sehingga nilai R4 bisa kecil.

Kadang-kadang DC Servo merupakan suatu keharusan pada beberapa topologi tertentu. Namun sebuah solusi pasti memiliki efek samping. Perancangan DC Servo yang baik akan meminimalkan efek samping ini.

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 5 Agustus 2018 inci Uncategorized

 

Simple Blameless Pre-amplifier


Ini rancangan pre-amplifier (line level) discrete saya yang pertama kali sukses. Sebelumnya saya pernah bikin tapi masih ada yang belum memuaskan. Namun bagaimana kualitas suaranya, saya sendiri belum tahu. Saya belum membuatnya, dan saya tahu kualitasnya memuaskan dari testimoni orang-orang yang membuatnya.

Awal cerita dari sebuah thread di forum www.diyaudio.com yang membahas soal pre-amplifier discrete, maka saya coba bikin sebuah simulasi pre-amplifier sederhana yang memakai topologi “blameless“.

Ini schematic-nya:

Simple Blameless Pre-amp

R41 adalah potensiometer untuk volume control, memakai tipe logaritmik. Input memakai LTP Q1 dan Q5 dengan cermin arus Q2 dan Q4. VAS memakai transistor Q6 dan diberi buffer emitter follower yang bekerja push-pull, yaitu Q8 dan Q9. Arus bias tidak bisa diatur dan ditetapkan sekitar 20mA. Ini artinya pre-amplifier ini bekerja pada kelas A jika bebannya lebih besar dari 375 Ohm. Arus LTP ditentukan oleh sumber arus Q3 dan arus VAS ditentukan oleh sumber arus Q7. R4 untuk mengatur DC Offset. Power supply memakai tegangan 15VDC simetris.

Hasil Simulasi

Cacat (THD) pada 3,4Vpeak, 2KOhm, 1kHz -> 0.000316%

Simple Blameless THD 1kHz

Terlihat cacatnya sangat dominan pada harmonik ke-2.

Cacat (THD) pada 3,4Vpeak, 2KOhm, 20kHz -> 0.002929%

Simple Blameless THD 20kHz

Cacat pada frekuensi 20kHz, harmonic profile-nya monotonic. Harmonic profile cacatnya ini akan terus seperti ini jika pre-amplifier ini bekerja pada daerah kelas A -nya.

Ini hasil simulasi lengkapnya:

Phase Margin: 80 derajat.
Gain Margin: 21 dB.
THD pada 3,4Vp/600Ohm, 1kHz: 0.000378%
THD pada 3,4Vp/600Ohm, 20kHz: 0.002978%
THD pada 3,4Vp/2KOhm, 1kHz: 0.000316%
THD pada 3,4Vp/2KOhm, 20kHz: 0.002929%
Slew Rate: 56 V/uS
PSRR 1kHz: 90 dB

Layout PCB

Simple Blameless Pre-amp top

Simple Blameless Pre-amp bottom

Layout PCB di atas sudah dicoba oleh seorang anggota forum www.diyaudio.com yang menamakan dirinya Mouna. Pada group facebook yang bernama DIY Audio Indonesia, Abidin Prawiro membuat sendiri layout PCB nya dan sudah mencobanya, lalu diikuti oleh Dusko Bozanic. Ini rakitannya:

Simple Blameless-Dusko Bozanic

 
7 Komentar

Ditulis oleh pada 31 Desember 2017 inci Uncategorized

 

Blameless 50 Amplifier


Setelah kami sukses mengembangkan amplifier Blameless 100 dengan masukkan dari berbagai pihak, maka saya merancang amplifier Blameless 50 yang memiliki topologi sama persis dengan Blameless 100 tapi memiliki daya maksimal yang lebih kecil.

Berawal dari kritik beberapa orang karena menganggap Blameless 100 terlalu “jujur” (cacatnya terlalu kecil), maka saya rancang amplifier ini dengan cacat sedikit lebih besar dengan cacat harmonik ke-2 yang dominan. Ini sebenarnya bukan selera saya, tapi sekedar untuk membuktikan bahwa amplifier solid state juga bisa menghasilkan cacat harmonik ke-2 yang dominan seperti halnya tube amplifier. Tentu saja amplifier ini tidak akan sama persis dengan tube amplifier pada umumnya, karena karakteristik lainnya -berbeda. Misalnya damping factor-nya jauh lebih besar, Signal to Noise ratio -nya jauh lebih besar dan Total Harmonic Distortion-nya jauh lebih kecil. Yang mirip hanya harmonic profile dari cacatnya.

Ini skematik diagramnya:


Blameless50sch

Beberapa nilai komponen diganti untuk menyesuaikan tegangan power supply yang lebih rendah, yaitu 25VDC. Juga beberapa tipe transistor disesuaikan. Rangkaian bias servo sedikit berubah karena transistor driver tidak dipasang di pendingin transistor final. Memang tidak diperlukan pendingin pada transistor driver. Juga capacitance multiplier pada bagian negatif power supply dihilangkan.

Hasil Simulasi

Total Harmonic Distortion pada beban 8 Ohm, frekuensi 1kHz, daya 16W rms:

Blameless50THD1kHz

Cacat harmonik ke-2 dominan, cacat harmonic ke-3 sedikit lebih kecil, dan cacat harmonik ke-4 dan seterusnya jauh lebih kecil. THD nya sendiri sebesar 0.000164%. Cukup kecil dibandingkan amplifier solid state pada umumnya. Apalagi kalau dibandingkan dengan tube amplifier pada umumnya.

Sedangkan slew rate nya sebesar 75V/uS. Sangat tinggi dibandingkan amplifier pada umumnya dengan tegangan power supply yang sama.

Blameless50slewrate

Secara garis besar hasil simulasinya sebagai berikut:

Phase Margin: 64 derajat
Gain Margin: 23 dB
THD pada 16W/8Ohm, 1kHz: 0.000164%
THD pada 16W/8Ohm, 20kHz: 0.000741%
Slew Rate: 75V/uS
PSRR pada 1kHz: 103 dB

Dengan power supply 25VDC menghasilkan daya maksimal sekitar 25W rms pada 8 Ohm atau 40W rms pada 4 Ohm.

Bagi penggemar reproduksi suara yang mendekati akurat lebih menyukai amplifier Blameless 100 daripada Blameless 50. Dua orang teman yang berprofesi sebagai sound engineer lebih suka amplifier Blameless 100 untuk digunakan di pekerjaan mereka. Namun bagi penggemar tube amplifier dan orang awam, biasanya lebih menyukai amplifier Blameless 50 ini.

Jika kita mengerti selera orang lain dan bisa menterjemahkannya dalam spesifikasi teknik, maka bagaimana  amplifier “bersuara” bisa direncanakan. Bukan dengan cara coba-coba (ngawur). Saya selalu berusaha memahami selera banyak orang dan berusaha menterjemahkannya dalam spesifikasi teknik.

 
4 Komentar

Ditulis oleh pada 25 Desember 2017 inci Uncategorized

 

BTL (Bridge Tie Load) Amplifer


BTL amplifier adalah dua amplifier yang dijadikan satu amplifier dengan cara kedua inputnya berbeda fasa 180 derajat dan speaker dihubungkan ke kedua output amplifier tersebut (tidak melalui ground). Prinsipnya seperti ini:

BTL amp

Saya contohkan op-amp yang memiliki prinsip kerja yang sama dengan amplifier, yaitu U1 dan U2. Tegangan input V3 dan V4 berbeda fasa 180 derajat. Penguatan tegangannya (gain) sama dengan satu agar mudah analisanya. Bentuknya seperti ini:

BTL_Vin

Tegangan output U1 dan tegangan output U2 sama persis dengan tegangan inputnya masing-masing, karena gain = 1. Namun tegangan OUT_U1 terhadap OUT_U2 adalah selisih antara tegangan OUT_U1 terhadap ground dengan tegangan OUT_U2 terhadap ground. Bentuknya seperti ini:

BTL_Vout

Selisih tegangan OUT_U1 dengan OUT_U2 adalah 2x dari tegangan OUT_U1. Ini karena tegangan OUT_U1 dengan OUT_U2 sama besar tapi beda fasa 180 derajat. Pada contoh di atas tegangan puncak OUT_U1 = 1V dan tegangan puncak OUT_U2 = -1V. Selisih tegangannya adalah 1V – (-1V) = 2V.

BTL digunakan agar tegangan maksimal output amplifier menjadi dua kalinya. Berdasarkan rumus daya = tegangan kali tegangan dibagi bebannya (P = V x V / R), maka jika tegangannya menjadi 2x sebelumnya maka daya akan menjadi 4x sebelumnya.

Tentu saja prakteknya dayanya tidak naik 4x nya karena tidak memakai power supply yang teregulasi, jadi tegangan power supply akan turun saat daya amplifier naik, sehingga tegangan maksimal amplifier sedikit lebih kecil daripada saat tidak di-BTL. Juga tergantung dari rating daya power supply nya. Karena daya output (daya maksimal amplifier) selalu lebih kecil daripada daya input (daya maksimal power supply). Efisiensi amplifier selalu kurang dari 100%. Umumnya daya amplifier yang di-BTL sekitar 2,5x sampai 3x daya maksimal saat tidak di BTL.

Pembebanan amplifier BTL

Perlu diperhatikan bahwa masing-masing amplifier “merasakan” impedansi beban setengah dari impedansi beban saat di BTL. Misalnya saat di BTL impedansi speakernya 8 Ohm, maka masing-masing amplifier seolah-olah dibebani dengan speaker 4 Ohm. Demikian juga jika saat di BTL impedansi speakernya 4 Ohm, maka masing-masing amplifier seolah-olah dibebani dengan speaker 2 Ohm.

Beban BTL

Sebelum memilih impedansi speaker pada amplifier BTL, periksa kemampuan masing-masing amplifiernya. Jika amplifier dibebani dengan impedansi terlalu rendah, diluar kemampuannya, akan sangat membahayakan amplifier tersebut.

Cara men-BTL Dua Amplifier

Ada dua cara men-BTL. Yang pertama dengan menambah sebuah resistor yang dihubungkan ke salah satu output amplifier dan ke input umpanbalik amplifier lainnya. Seperti yang dijelaskan pada artikel ini. Namun untuk pemula tidak saya sarankan.

Contoh BTL dengan resistor yang SALAH:

SimpleBTLSalah

Tegangan DC pada output amplifier U1 akan mempengaruhi tegangan DC pada output amplifier U2 melalui R8.

Penerapan yang BENAR, seperti ini:

SimpleBTLBetul

Tegangan DC output amplifier U1 melalui R8 tidak akan mempengaruhi tegangan DC output amplifier U2 karena diblok (ditahan) oleh C2.

Cara kedua adalah dengan membalik fasa salah satu input amplifiernya. Misalnya dengan rangkaian seperti ini:

Simple Balance Output

IC1A adalah op-amp dalam mode non-inverting dengan gain = 1x. Lalu outputnya digunakan sebagai input IC1B yang juga op-amp dalam mode inverting dengan gain = -1x.

Kesimpulan

Membuat amplifier BTL adalah sebuah hal yang aman kalau kita tahu caranya dan tahu keterbatasannya. Pastikan daya maksimal power supply nya mencukupi. Pastikan impedansi speakernya disesuaikan dengan kemampuan amplifernya. Dan pastikan speaker yang dipakai daya maksimalnya sesuai dengan daya maksimal amplifiernya.

 
18 Komentar

Ditulis oleh pada 21 April 2017 inci Audio, Uncategorized

 

Variable Band Pass Filter


Speaker untuk public address seringkali hanya memiliki frekuensi respon terbatas pada daerah mid saja. Contohnya speaker corong yang biasa digunakan di masjid. Jika ada frekuensi rendah atau frekuensi tinggi diluar jangkauan speakernya umumnya akan menambah cacat suaranya. Untuk itu frekuensi diluar jangkauan speaker tersebut harus dibuang. Rangkaian untuk membuang frekuensi rendah dan frekuensi tinggi dinamakan band pass filter.

Band pass filter yang saya rancang di sini, bisa diatur batas frekuensi rendah dan frekuensi tinggi (cut-off) yang akan dibuang. Rangkaiannya seperti ini.

bandpass-filter

IC1 adalah penguat non-inverting dengan gain 4,3x. Outputnya diumpankan ke IC2A sebagai low pass filter yang frekuensi cut-off nya diatur oleh R12, yaitu sebesar 1,8kHz sampai 9,8kHz. Rangkaian ini membuang frekuensi tinggi yang tidak diperlukan. Kemudian outputnya dimasukkan ke IC2B sebagai high pass filter yang frekuensi cut-off nya diatur oleh R14, yaitu sebesar 135Hz sampai 920Hz. Rangkaian ini membuang frekuensi rendah yang tidak diperlukan.

R16 untuk mengatur volume. IC2C dan IC2D sebagai buffer yang memiliki output berbeda fase 180 derajat. Jika digunakan untuk speaker impedansi rendah (kurang dari 16 Ohm), maka cukup dipakai salah satu output dari IC2C atau IC2D. Kalau dipakai untuk speaker impedansi tinggi yang mengikuti standard 70V atau 100V line distribution, kedua output IC2C dan IC2D bisa digunakan untuk membuat amplifier BTL (Bridge Tie Load) sehingga output amplifier tidak perlu trafo matching.

Power supply memakai tegangan simetris 15VDC yang teregulasi.

Jika tidak mau bersusah payah membuat layout PCB nya sendiri, maka PCB bisa dibeli di sini: https://www.tokopedia.com/dadesign/pcb-dad-bpf-v01

 

 
15 Komentar

Ditulis oleh pada 12 November 2016 inci Audio, Uncategorized

 

FX8 Modification


FX8 adalah rancangan APEX di diyaudio.com yang memakai input LTP, pembalik fasa dan VAS simetris dengan output lateral mosfet. Saya memodifikasinya agar THD lebih kecil dan slew rate lebih tinggi. Ini simulasi dari modifikasi saya. Kemudian saya membuat layout PCB seperti ini. Kemudian salah seorang anggota diyaudio.com yang nickname-nya Prasi, merapikan layout saya sehingga menjadi seperti ini dan ini.

Layout PCB dari Prasi pertama kali dites oleh anggota diyaudio.com, Xrk971 pada thread tersebut. Dia juga membandingkan beberapa amplifier sederhana dengan cara merekam suara dari speaker dan FX8 ini memiliki cacat yang paling rendah. Xrk971 juga meng-upload rekaman suara dari speaker yang memakai amplifier-amplifiernya termasuk FX8 yang bisa di download di sini. Dari komentar-komentar pada thread tersebut, banyak yang suka karakter suara yang dihasilkan oleh FX8.

Ada satu lagi anggota diyaudio.com (orang asing) yang membuat FX8 ini tapi saya lupa namanya. Beberapa teman saya juga sudah mencoba FX8 ini, misalnya Charlie Elang, Wawan Dermawan, dan Waluyo Jonoperwito.

Terakhir, saya membuat modifikasi agar cacat H2 nya lebih besar dengan menambah resistor 100K ohm di basis-collector transistor VAS dan sudah dicoba oleh Wawan Dermawan dan Waluyo Jonoperwito. Mereka lebih suka dengan modifikasi ini.

Jika Anda tertarik membuatnya dan tidak mau repot-repot membuat PCBnya, silakan hubungi Daniel Suroyo.

 

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 17 September 2016 inci Audio, Uncategorized

 

Membedah Amplifier Juara I Kompetisi Chip Amplifier


Sebuah group Facebook yang dinamakan “DIY AUDIO CHIP AMPLIFIER” telah mengadakan kompetisi DIY CHIPAMP BLIND TEST pada tanggal 6 Agustus 2016. Adapun yang dinilai adalah sebagai berikut: tonal, sound stage, dan image. Perangkat yg digunakan untuk pengujian:
– Speaker:
— AudioKitchen, Impedance nominal 8 ohm, Sensitivity 86dB/WM, Bandwidth freq. 60-20,000Hz

– Kabel RCA: Vermouth Seranede Balance Interconnect
– Kabel Speaker: Vermouth Seranede II with Rhodium Banana to Banana
– Payer(Source): DAC Ifi micro iDSD

PosterKompetisi

Foto-foto dan pembahasan tentang kompetisi tersebut, bisa dibaca pada group tersebut. Namun di sini akan dibahas rancangan juara pertama, yang di raih oleh Sdr. Cahyana Kuhminarta yang memakai IC LM3886 mode non-inverting. Fotonya sebagai berikut:

 

ChipampJuara1

Rancangan tersebut terdiri dari: trafo toroid, PSU (Power Supply), CMBJT (Capacitance Multiplier Bipolar Junction Transistor), GC LM3886, dan Speaker Protector. Yang tidak biasa adalah pemakaian CMBJT.

Fungsi CMBJT adalah mengurangi tegangan ripple power supply menjadi sangat kecil. Tegangan outputnya tidak teregulasi, sehingga tegangannya akan turun jika arus bebannya meningkat, namun tegangan ripple nya tetap sangat kecil. Capacitance multiplier yang populer saat ini di diyaudio.com adalah rancangan PMI yang merupakan penyederhanaan dari rancangan Mr. Evil yang memakai output Mosfet. Namun saya ingin membuat rancangan dengan transistor yang mudah didapat dan murah. Maka jadilah CMBJT ini.

CMBJT tersebut sudah dicoba pada beberapa amplifier misalnya F5 rancangan Nelson Pass, Blameless 100 dan Perkutut amplifier rancangan saya dengan hasil yang sangat memuaskan. Umumnya terjadi peningkatan kualitas suara pada frekuensi mid dan high secara signifikan.

CMBJT tersebut bisa didapatkan di tokopedia, juga tersedia CMBJT yang tergabung dengan power supply pada satu PCB. Silakan hubungi seller-nya yaitu Daniel Suroyo.

Selamat buat para pemenang. Semoga ajang kompetisi ini bisa menjadi ajang tahunan agar kreativitas bangsa Indonesia lebih meningkat.

 
3 Komentar

Ditulis oleh pada 8 Agustus 2016 inci Uncategorized